TOLIKARA, SUARALANI.id — Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di wilayah terpencil, masyarakat Distrik Goyage mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Tolikara agar menyediakan mobil ambulans untuk menunjang operasional Puskesmas Goyage.
Menurut warga, keberadaan ambulans merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, mengingat terbatasnya akses transportasi umum ke wilayah tersebut.
Usulan ini disampaikan langsung oleh Kepala Kampung Didelonik, Gulangga Yigibalom, saat pelaksanaan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SD Inpres Yemakwi dan SMPN Goyage, yang dipusatkan di SMPN Goyage pada Senin, 6 Oktober 2025.

“Selama ini, ibu hamil yang kesulitan melahirkan bisa menunggu sampai tiga atau empat hari karena tidak bisa ditangani di Puskesmas Goyage. Kami kewalahan membawa pasien ke RSUD Karubaga karena tidak ada kendaraan umum. Biasanya kami harus memanggil ambulans dari Karubaga,” ungkapnya.
Ia berharap pada tahun anggaran 2026, pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Willem Wandik dan Yotham Wonda dapat menjawab kebutuhan masyarakat dengan menyediakan mobil ambulans yang siaga di Puskesmas Goyage.
Kepala Puskesmas Goyage Dumison Weya, A.Md.Kep, menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan program BIAS kali ini, pihaknya membentuk empat tim pelayanan. Dua tim bertugas di Pustu Geya, Distrik Geya, sementara dua tim lainnya bertugas di Puskesmas Goyage dan Pustu Warima.

“Kegiatan ini adalah bagian dari program tahunan Puskesmas Goyage. Kami memiliki dua jenis layanan rutin, yaitu imunisasi bayi dan balita, wanita usia subur (WUS), ibu hamil, serta pelayanan umum. Sedangkan BIAS menyasar anak-anak sekolah,” jelas Dumison.
Ia menambahkan bahwa pelayanan imunisasi untuk bayi, balita, WUS, dan ibu hamil telah dilakukan pada pekan sebelumnya, berbarengan dengan kegiatan BIAS di SMPN Goyage.Dumison juga mengapresiasi antusiasme siswa dan keterlibatan guru dalam kegiatan ini.
“Animo siswa dari SD Inpres Yemakwi dan SMPN Goyage sangat luar biasa. Mereka mengikuti kegiatan dari pagi hingga sore, didampingi guru-guru mereka, sehingga pelayanan bisa berjalan lancar,” ujarnya.

Perawat Yendiles Afrika Towolom, S.Kep, yang turut terlibat dalam kegiatan tersebut, menyampaikan sejumlah aspirasi masyarakat yang disampaikan selama pelayanan berlangsung. Salah satu keluhan utama adalah mengenai tenaga kesehatan yang sudah berstatus ASN, tetapi tidak pernah melaksanakan tugas di Puskesmas Goyage.
“Sudah bertahun-tahun dokter, perawat, dan bidan yang ditugaskan ke sini tidak pernah hadir. Kami minta agar mereka segera datang melayani masyarakat atau dipindahkan ke kampung halaman masing-masing,” tegas Yendiles.
Ia juga menyebutkan bahwa anak-anak daerah Goyage yang sudah menyelesaikan pendidikan keperawatan sebenarnya siap mengabdi, tetapi terkendala karena kuota penerimaan yang terbatas. Hal ini disebabkan oleh masih tercatatnya tenaga kesehatan yang tidak aktif di daftar gaji dan penempatan.

“Karena kuota terbatas, anak-anak asli Goyage sering tidak bisa masuk. Kami harap Dinas Kesehatan segera menertibkan daftar tenaga kesehatan yang tidak pernah bertugas,” tambahnya.
Masyarakat berharap pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan Tolikara dapat segera menindaklanjuti aspirasi ini, guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Distrik Goyage yang selama ini sangat terbatas.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Puskesmas Goyage Dumison Weya, A.Md.Kep, perawat dan suster Ibu Saida dari Bidan P2PL Dinas Kesehatan Tolikara, Kepala SMPN Goyage Lenius Yigibalom, S.Pd, serta para guru dari SMPN Goyage dan SD Inpres Yemakwi. [Yigibalom_Nay]














