BOKONDINI, SUARALANI.id—Bupati Tolikara Willem wandik menghadiri Momentum perayaan Injil masuknya GIDI di Bokondini pada 1 Mei 1956, Hut yang ke 69 tahun yang digelar Lapangan Bola, distrik Bokondini, Kamis (1/05/2025).
Bupati Willem Wandik Dalam kesempatan perayaan tersebut, ia menyampaikan bahwa selama ini masyarakat Tolikara kerap dipandang negatif karena dianggap lekat dengan konflik. Padahal, wilayah ini merupakan tempat kelahiran GIDI, yang kini tidak hanya berkembang di tanah air, tetapi juga telah menjejakkan pengaruhnya hingga ke mancanegara.

“Selama ini kita sering ditempeli label negative disebut anarkis, brutal. Padahal, kita memiliki identitas dan kebanggaan sebagai Tanah Injil,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Kegiatan keagamaan seperti begini perlu rutin diadakan setiap tahun pihaknya pun akan memberikan perhatian penuh kepada Gereja, khususnya Gereja GIDI mulai dari Bogo sini, sehingga menurutnya, proses pembaharuan, pemulihan harus berawal dari wilayah bogo.
“Pembaharuan, pemulihan harus mulai dari Bogo karena dari sinilah pijakan pekabaran injil itu pertama kali disebarkan,” ujar Bupati Willem Wandik.
“Saya akan berikan perhatian penuh terhadap kegiatan pembaharuan dan pemulihan, saya terpanggil untuk itu, karena visi saya adalah: Terwujudnya Kabupaten Tolikara yang Religius, Berbudaya, Mandiri, Adil dan Sejahtera,” tandasnya.
Dalam kesempatan membacakan sejarah masuknya Injil ke Bokondini, Ketua Panitia HUT ke-69, Ibentri Pagawak, S.IP, menjelaskan bahwa Injil mulai menjangkau Papua Pegunungan seiring dengan adanya survei dan ekspedisi yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda dan Amerika untuk menentukan lokasi tanah datar sebagai landasan pesawat.
Ekspedisi tersebut menghasilkan keputusan menetapkan Lembah Bokondini sebagai pusat utama pekabaran Injil, sehingga dari wilayah pegunungan Papua, Injil dapat diberitakan ke arah Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Adapun Sungai Balim dan Danau Arcbold berfungsi sebagai jalur pendaratan air bagi para misionaris.
Rombongan misionaris mendarat di sungai Balim Hitigima pada 23 Januari 1955, tiba di Arcbold 18 Februari 1955, dan tiba di Bokondini 1 Mei 1956. Baptisan pertama di Kelela 29 Juli 1962 dan pembentukan Organisasi GIDI di Karubaga, 12 Februari 1963.
Kesempatan itu ketua Panitia Ibenteri pagawak membacakan Surat Keputusan Bersama Klasis Bogoga dan Klasis Aiwa Nomor. 26 tahun 2025 tentang tanggal 1 Mei sebagai Hari Injil Masuk GIDI di Klasis Bogo.
“Selama ini tanggal 1 Mei injil Masuk belum ada dalam kalender Gereja GIDI sehingga hasil Keputusan Rapat Badan Pekerja Lengkap (BPL) bersama Klasis Bogoga dan Aiwa ini segera tetapkan sebagai injil Masuk GIDI secara Nasional, “ ujar Ibenteri Pagawak.
Ia Menambahkan pihaknya meminta kepada BPW GIDI Bogo agar teruskan dalam BPL BPP GIDI dalam tahun ini untuk tetapkan 1 mei sebagai hari injil masuk, dan kepada utusan BPP GIDI ini sebagai laporan usulan awal sehingga sampaikan kepada Presiden GIDI.
Perayaan HUT Injil Masuk Bokondini ke-69 berlangsung hikmat dan meriah ditandai dengan ibadah syukur, tarian budaya, pemberian sumbangan oleh Bupati Willem Wandik, sebesar 800 juta, Ibenteri Pagawak, 200 juta, Elai giban 100 juta Total persembahan sebesar 1.100.000.000; (Satu Milyar seratus juta) serta persembahan hasil bumi dan acara Bakar Batu (Barapen).
Seluruh rangkaian acara dihadiri Bupati Willem Wandik, Sos, Asisten II Provinsi Papua Pegunungan Elai Giban, Dewan Gereja Papua Pdt. Dorman Wandikbo, Mantan Presiden GIDI Pdt. Keboba Tari Wanimbo, Bendahara BPP GIDI Pdt. Tabuni, Ketua GIDI Wilayah Bogo Pdt. Potias Pagawak, Ketua Klasis Lembah Baliem Pdt. Minus Wanimbo, S. Th, ketua Klasis Bogoga, dan Aiwa, para Hamba Tuhan dan Jemaat GIDI Wilayah Bogo serta para tamu undangan.[Yigibalom_Nay/SL]