banner 728x286

Bupati Tolikara Resmi Membuka Seminar Okultisme Bertema Sejarah Penginjilan dan Pembangunan di Tanah Toli

banner 120x600

KARUBAGA, SUARALANI.id — Bupati Kabupaten Tolikara, Willem Wandik, S.Sos, secara resmi membuka Seminar Okultisme bertajuk “Penguatan Koneksi Sejarah Penginjilan dan Pembangunan Masa Kini di Tanah Toli”, yang diselenggarakan di Gereja GIDI Ebenezer Karubaga, pada Senin (20/10/2025).

Dalam pidatonya, Bupati menegaskan bahwa kehadiran para peserta seminar bukan semata untuk mengenang sejarah atau menjalankan ritual keagamaan, melainkan untuk memaknai momen ini sebagai inisiatif spiritual dan moral dalam menyambung kembali jejak sejarah penginjilan dengan arah pembangunan masa kini.

“Warisan rohani yang ditanam oleh para misionaris tidak boleh terputus begitu saja, tetapi harus menjadi fondasi kokoh bagi masa depan Tanah Toli yang penuh harapan,” ujar Willem Wandik.

Seminar ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Misionaris Dave Martin, Pdt. Kevin bersama Badan Misi RBUM, Yayasan SALT Indonesia, BPP GIDI yang dipimpin oleh Presiden Pdt. Usman Kobak, Wakil Bupati Yotham Wonda, Ketua PKK Tolikara Ny. Elisabet N. Flassy, SE, MM, Wakil Ketua GIDI Wilayah Toli Pdt. Yermias Wandik, serta perwakilan dari 17 Klasis Wilayah Toli.

Bupati mengangkat nama-nama besar seperti Philips Master dan Wesley Dale, serta para pelayan dari misi RBMU dan lembaga lain yang telah membuka jalan penginjilan di wilayah pegunungan Papua.

“Mereka tidak hanya membawa kabar keselamatan, tetapi juga meletakkan dasar bagi pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan yang kita nikmati saat ini,” imbuhnya.

Sebagai umat percaya, Bupati mengajak masyarakat untuk Melayani Gereja dengan sepenuh hati, Terlibat aktif dalam pembangunan masyarakat, Menjaga warisan spiritual dari para penginjil berupa “Hati yang Damai”.

Willem Wandik mengulas bahwa Injil pertama kali mendarat di Tanah Papua pada 5 Februari 1855, dibawa oleh Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler di Pulau Mansinam, Manokwari. Butuh hampir satu abad bagi Injil untuk menjangkau wilayah pegunungan seperti Wamena, Karubaga, Bokondini, Sinakma, Piramid, Kelila, Mamit, dan Taiyore.

“Gunung, lembah, dan sungai menjadi saksi bagaimana para misionaris mengorbankan hidup demi menghadirkan terang Kristus,” ungkapnya.

Bupati menyatakan bahwa pemerintahan daerah harus berjalan seiring dengan nilai-nilai pelayanan dan kasih yang diwariskan oleh misionaris.

Ia menekankan perlunya Pemerintahan yang melayani, bukan dilayani, Penanaman nilai kasih, pengampunan, dan disiplin dalam kehidupan sosial, Pemberdayaan generasi muda untuk menjadi pemimpin yang beriman dan berintegritas.

Dalam nada tegas, Willem Wandik mengungkapkan keprihatinan atas fenomena penyalahgunaan aset-aset misi seperti rumah, sekolah, dan tanah pelayanan yang dialihfungsikan atau diperjualbelikan.

“Aset misionaris adalah warisan rohani. Setiap pelayan Tuhan di GIDI harus menjadi penjaga, bukan pengalih warisan tersebut,” tegasnya.

Pemerintah siap mendukung penertiban aset bersama Sinode GIDI, tokoh adat, dan keluarga misionaris, demi mengembalikan fungsi pelayanan kepada jalur semestinya.

Sebagai penutup, Bupati mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menyalakan kembali semangat penginjilan, menjaga warisan para misionaris, dan membangun masa depan Tanah Toli yang damai dan sejahtera.

“Jangan biarkan terang itu padam. Jangan rusak tanah ini dengan keserakahan dan kebencian. Mari kita lanjutkan perjuangan para pelayan Tuhan,” serunya.

Sementara itu presiden GIDI Pdt. Usman Kobak, S. Th, MA menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Ketua GIDI Wilayah Toli, Pdt. Marthen Lit Jingga, S.Th, MA.

“Kami kehilangan seorang pemimpin Gereja yang telah mengabdikan hidupnya dalam pelayanan. Namun pekerjaan yang beliau tinggalkan harus terus kita lanjutkan untuk menjangkau jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus,” katanya.

Ia menambahkan, meskipun suasana duka masih terasa, kegiatan gerejawi tetap berjalan sebagai bentuk komitmen untuk meneruskan perjuangan spiritual para pendahulu.

Seminar ini menjadi titik temu antara sejarah penginjilan yang heroik dan pembangunan masa kini yang berakar pada nilai-nilai Injil, sekaligus pengingat bahwa Tanah Toli menyimpan warisan rohani yang tidak boleh dilupakan, apalagi dikorbankan demi kepentingan pribadi. [CR02/Nay]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *