KARUBAGA, SUARALANI.id—Setelah sekian lama menanti pembangunan kembali jembatan Kali Goyage yang roboh, warga Distrik Goyage, Kabupaten Tolikara akhirnya mengambil inisiatif sendiri. Dengan semangat gotong royong, masyarakat setempat membangun jembatan pengganti secara swadaya demi kelancaran akses mereka,
“Masyarakat Membutuhkan jembatan itu, Karena jalur ini adalah jalur alternatif bagi Masyakat dari 19 Desa 9 Gereja Distrik Goyage untuk aktifitas sehari-hari maupun akses ke Ibu Kota Kabupaten Tolikara,” Kata sekretaris Klasis Goyage, Ev. Luthan kogoya, S.Th. Goyage, Senin, (25/8/2025) di sela sela gotong royong.

Masyarakat Goyage dikenal selalu mengutamakan semangat gotong royong dalam setiap pembangunan. Mereka berinisiatif membangun jembatan kayu agar kendaraan roda empat bisa melintas di seberang kali, sekaligus membuat jembatan kecil untuk pejalan kaki. Namun, jembatan yang dibuat secara swadaya itu kerap hanyut terbawa arus. Pagi hari warga membangun, tetapi sore atau malam harinya jembatan tersebut sudah kembali hanyut dan tidak bertahan lama.
“Akibat kondisi jembatan yang seperti ini, rencana pembangunan permanen Puskesmas Goyage sudah tiga kali mendapat anggaran dari APBN pusat namun akhirnya dipindahkan ke distrik lain. Begitu pula pembangunan lainnya sulit diwujudkan di Distrik Goyage karena akses jembatan dan jalan dari Karubaga menuju Goyage yang masih sangat terisolasi,” ujarnya.

Luthan Kogoya menambahkan, pada bulan Agustus 2025 Pemerintah Pusat Kabupaten Tolikara berencana melakukan renovasi Puskesmas Goyage. Namun, material bangunan tidak dapat diangkut menggunakan kendaraan roda empat untuk menyeberangi kali. Selain itu, jarak antara Kali Goyage hingga lokasi renovasi Puskesmas cukup jauh, sehingga menyulitkan proses pembangunan.

Karena material bangunan tidak dapat diangkut hingga ke Puskesmas, kami masyarakat dari 19 desa mulai dari Kumbun (Numbujawi) hingga Tigini berinisiatif bergotong royong membangun jembatan ini. Upaya tersebut dilakukan agar bahan bangunan bisa sampai ke lokasi. Jika jembatan tidak dibangun, maka mustahil material dapat menjangkau area pembangunan.
“Jika jembatan tidak dibangun, ada kemungkinan rencana renovasi dialihkan ke puskesmas lain yang dapat dijangkau kendaraan roda empat. Karena itu, kami berinisiatif membangun jembatan agar renovasi Puskesmas Goyage tidak kembali dipindahkan ke distrik lain,”ucapnya.

Masyarakat Goyage berharap Pemerintah Kabupaten Tolikara dukungan dalam doa agar pembangunan Jembatan Kali Goyage dapat terlaksana dengan baik. Harapannya, material untuk renovasi Puskesmas bisa sampai ke lokasi, sekaligus memulihkan kembali akses jalan masyarakat menuju ibu kota Kabupaten Tolikara agar berjalan normal seperti biasanya.
Luthan Kogoya menyampaikan bahwa dirinya bersama masyarakat Goyage berharap pemerintah Kabupaten Tolikara dapat memberi perhatian serius terhadap kondisi Jembatan Kali Goyage, Jembatan Tigini, serta ruas jalan Karubaga–Goyage. Hal ini penting agar warga bisa kembali mengakses Karubaga, sementara anak-anak sekolah di SMPN Goyage maupun SD Inpres Yemakwi dapat beraktivitas belajar seperti biasanya.

Luthan menjelaskan, material yang digunakan untuk membangun jembatan ini berasal dari kawat goro-goro serta kayu besar yang diambil dari hutan sejauh kurang lebih 20 kilometer. Menurutnya, seluruh proses pembangunan hanya bisa terlaksana berkat semangat gotong royong. Tanpa kekompakan masyarakat, jembatan ini mustahil dapat berdiri.
Hasil pantauan media ini di Kali Goyage menunjukkan, seluruh lapisan masyarakat, baik tua maupun muda, ikut ambil bagian dalam gotong royong membangun jembatan. Sementara itu, para ibu dengan penuh kepedulian menyiapkan makanan untuk mendukung dan menjaga tenaga warga yang bekerja. [Yigibalom_Nay/SL]














